My Journey Me Stuff Friends Follow D'Board |
HELLO!
Tagboard
Contact Me
Mystery Box
Choose Your Favorite Background
Credits
|
02.48 | 0 shout(s)
Cerita Rakyat 2 'Toraja Hayyy ini cerita rakyat ke-2 yang aku post. Ceritanya yaituuuu: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . "LANDORUNDUN" dari Toraja (tanah kelahiranku) Landorundun, Cerita Rakyat Tana Toraja, Sulawesi Selatan (bagian 1)
Pembaca mungkin sudah mengenal Tana Toraja (TaTor). Daerah Toraja
terkenal sebagai daerah tujuan pariwisata di Sulawesi Selatan. Banyak
wisatawan dari mancanegara datang ke Tana Toraja untuk menikmati
keindahan alam dan keunikan budayanya. Salah satu unsur budaya yang
paling penting dalam suatu masyarakat adalah karya sastra. Landorundun
adalah salah satu cerita rakyat dari daerah Tana Toraja. Berikut cerita
selengkapnya. Selamat membaca...
Landorundun adalah seorang gadis cantik, molek, dan panjang
rambutnya. Ayahnya bernama Solokang dari Rongkong dan ibunya bernama
Lambe' Susu Sesean. Pada suatu hari, Landorundun pergi mandi ke sungai.
Sehabis mandi ia lalu bersisir dan rambutnya tercabut sehelai. Rambut
itu lalu digulungnya pada sebuah sisir yang terbuat dari emas. Gulungan
rambut ini diletakkan di atas batu. Tiba-tiba angin puting beliung
datang meniupnya dan jatuh ke air lalu hanyut ke muara sungai dan sampai
ke tengah laut. Ketika benda itu berada di tengah laut kelihatan
berkilau-kilauan karena terkena cahaya matahari. Benda itu dilihat oleh
Bendurana, lalu ia menyuruh anak buahnya pergi mengambilnya. Orang yang
disuruh mengambil benda itu tidak ada satu pun yang berhasil karena
selalu kembali dalam keadaan cacat. Orang pertama pergi mengambilnya dan
kembali dalam keadaan lumpuh. Orang kedua hilang kakinya sebelah. Orang
ketiga kembali dalam keadaan bungkuk. Orang yang keempat hilang
telinganya dan yang terakhir kembali dalam keadaan buta. Ketika
Bendurana menyaksikan kejadian ini, ia sendiri yang langsung pergi
mengambil benda itu di tengah laut, dan ia berhasil mengambilnya. Kaki
dan kukunya pun tak basah kena air. Benda itu ternyata sisir emas yang
dibebat dengan rambut yang sangat panjang. Bendurana sangat heran
melihat kejadian itu dan berkatalah dalamm hatinya. "Darimana gerangan
asalnya rambut ini." Ia memikirkan kejadian ini sambil menengadah ke
langit. Tiba-tiba datanglah serombongan burung terbang di udara dan
seekor di antaranya berkata:
Saya melihat dengan pasti
Di sana ada hulu sungai
Sumber asalnya air
Gumpalan timbunan busa air
Setelah burung layang-layang berkata demikian, kawanan burung
itu terbang terus mengikuti aliran sungai mulai dari muara sampai Tana
Toraja dan tiba di daerah Malangngo', kecamatan Rantepao. Kemana arah
burung layang-layang itu terbang, selalu diikuti pula oleh Bendurana.
Ketika tiba di daerah Malangngo' Bendurana belok ke persimpangan
(pertemuan sungai) arah ke sungai Bulo (kecamatan Rantepao) karena
tersesat, burung mengetahui kejadian itu lalu berkata:
Sesat, sudah sesatlah perahuku
Salah jalan salah arahlah dia
Mundur, mundurlah kembali
Benarkanlah arah dan tujuannya
Di sana di hulu sungai
Asal mulanya busa air
Di atas di sumur batu
Bendurana mendengar seruan burung layang-layang di udara itu,
lalu ia mengubah arah perahunya menuju utara yaitu Minanga (Kecamatan
Tikala) lalu membuang sauh di dekat batu yang bernama Batu Sangkinan
Lembang artinya batu tempat menambat perahu. Batu ini sampai sekarang
tetap terkenal dan bersejarah.
Bendurana turun dari perahunya dan menanam pohon mangga. Pohon
mangga ini rupanya agak lain sebab cepat tumbuh dan cepat pula berbuah
(dan sampai sekarang pohon ini masih ada). Ketika selesai menanam pohon
mangga, Bendurana meneruskan perjalanannya ke utara dan sampai di tempat
yang bernama bubun batu di desa Pangala' (Kecamatan Rindingngallo). Di
tempat itu Bendurana langsung bertemu dengan Landorundun. Landorundun
bertanya dalam bentuk londe (pantun), katanya:
Apa tujuan apa maksudmu
Apa yang engkau cari hingga ke sini
Berjalan jauh tak memperhitungkan lelah
Adakah engkau memberi piutang
Dan engkau datang menagihnya
Di negeri yang terpencil ini
Bendurana menjawab Landorundun dalam bentuk pantun juga:
Saya tidak berpiutang
Menagih utang yang lama pun tidak
Aku datang hanya melihat sesuatu
Penggulung rambut dari emas
Di negeri yang punya arti bagiku
Aku akan mendampingi engkau
Landorundun segera menjawab Bendurana:
Tiada artinya engkau mendekat
Ibu belum sempat mengizinkan
Bersama seluruh keluarga
Berpisah pergi ke Bone
Setelah mendengar jawaban Landorundun tersebut, Bendurana
kecewa lalu pergi menanam pohon mangga dekat tempat Landorundun turun ke
sungai mencuci rambutnya. Pohon mangga itu rupanya lain dari pohon
mangga biasa, sebab cepat sekali tumbuh dan berbuah. Ketika buah mangga
itu sudah mulai masak, pergilah Bendurana ke puncak gunung, bersembunyi,
dan mengintip dari atas. Secara kebetulan pada waktu itu Landorundun
turun ke sungai dan mencuci rambutnya. Pada saat itu, ia melihat mangga
yang sudah masak tidak jauh dari tempat itu. Landorundun pergi menjolok
sebuah, kemudian memakannya sambil berjemur diri dan bersisir. Bendurana
melihat peristiwa yang telah lama dinanti-nantikan dari puncak gunung.
Ia segera turun dari puncak gunung lalu pura-pura menghitung buah mangga
itu. Setelah itu, ia menyindir Landorundun, katanya: "Siapakah
mengambil buah kesayanganku, menjolok, dan memakan mangga manisku."
Seru gak ceritanya??? Tunggu yah bagian ke-2 nyaaa . Byeee !! |
0 Komentar:
Posting Komentar